Insiden Rendang di Palembang : Klarifikasi Willie Salim Tuai Kontroversi

24 Maret 2025 15:20

Kreator konten Willie Salim akhirnya buka suara terkait insiden viral yang terjadi dalam aksi sosialnya di Palembang, di mana sebanyak 200 kilogram rendang yang sedang dimasak dilaporkan habis dibawa warga sebelum matang. Hal tersebut menuai banyak respons negatif terhadap warga Palembang secara umum.

Dalam klarifikasi yang disampaikan melalui media sosial dan sejumlah wawancara, Willie menyatakan bahwa kesalahan sepenuhnya berada pada dirinya, bukan pada masyarakat setempat.

Namun, alih-alih meredam situasi, klarifikasi tersebut justru memicu respon yang beragam. Sebagian pihak mengapresiasi keterbukaannya, sementara yang lain mempertanyakan niat, koordinasi, hingga etika di balik aksi sosial tersebut. Di tengah perdebatan, muncul pula laporan resmi yang dilayangkan oleh kuasa hukum lokal terhadap dirinya, membuat kasus ini makin kompleks secara sosial maupun hukum.

Ryan Gumay Lawfirm, sebuah kantor hukum yang berbasis di Sumatera Selatan, secara resmi melaporkan Willie Salim ke Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Selatan.

Dalam keterangan yang disampaikan kepada media, Muhammad Gustryan Gumay, pimpinan firma hukum tersebut, menilai bahwa konten yang dibuat oleh Willie Salim memiliki unsur manipulasi narasi dan potensi mencemarkan citra masyarakat Palembang.

Konten tersebut telah membentuk opini publik seolah-olah warga Palembang bertindak tidak tertib, rakus, dan tidak punya etika. Padahal faktanya tidak seperti itu,” tegas Gustryan.

Ia juga menyebut bahwa penyajian konten viral tanpa pengamanan dan struktur distribusi yang jelas berpotensi membuat kegaduhan sosial dan mengundang penilaian negatif terhadap masyarakat lokal.

Ryan Gumay Lawfirm mengindikasikan bahwa laporan mereka mengacu pada beberapa pasal dalam UU ITE, khususnya yang berkaitan dengan penyebaran konten yang menyesatkan atau merugikan pihak lain serta kode etik penyiaran dan perlindungan terhadap masyarakat dari konten bersifat provokatif atau manipulatif.

Namun hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak kepolisian mengenai status laporan tersebut, apakah akan ditindaklanjuti sebagai penyelidikan atau tidak.

Pihak Willie Salim belum memberikan tanggapan langsung atas laporan hukum tersebut. Dalam klarifikasinya, Willie hanya menekankan bahwa tidak ada niat mencemarkan nama baik siapa pun, dan bahwa kesalahan ada pada dirinya secara personal, bukan masyarakat Palembang.

Laporan ini membuka diskusi baru mengenai batas antara konten sosial dan dampak reputasional terhadap komunitas lokal. Dalam era digital, narasi yang viral tidak hanya berdampak pada individu, tapi juga pada identitas kolektif sebuah kota atau daerah.

Meski banyak yang menganggap konten tersebut sebagai ketidaksiapan teknis semata, sebagian tokoh lokal merasa bahwa framing yang tidak adil bisa menimbulkan kerusakan citra yang lebih luas, apalagi jika tidak ada klarifikasi yang proporsional sejak awal.

BACA JUGA
LAGI TRENDING