09 April 2025 03:26
Serangkai.co.id – Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) kembali menegaskan komitmennya untuk mempertahankan posisi sebagai lumbung pangan nasional, dengan menetapkan target produksi sebesar 3,5 juta ton gabah kering giling (GKG) pada tahun 2025.
Langkah ini disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel, Edy Sutrisno, dalam Rapat Koordinasi Ketahanan Pangan Daerah yang digelar di Palembang, Senin (7/4/2025).
“Kita tetap fokus menjaga produktivitas sawah dan distribusi yang efisien. Target 3,5 juta ton gabah ini realistis untuk mempertahankan Sumsel di posisi 5 besar nasional,” ujar Edy.
Sumsel selama ini dikenal sebagai salah satu provinsi penopang produksi beras nasional, terutama dari sentra-sentra produksi di Ogan Komering Ilir (OKI), Banyuasin, Musi Banyuasin, dan Ogan Ilir.
Tahun lalu, Sumsel tercatat menghasilkan sekitar 3,2 juta ton gabah, dan berhasil masuk jajaran 5 besar provinsi dengan produksi tertinggi, bersama Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan.
Pemerintah Provinsi Sumsel menggelar sinergi lintas instansi dengan beberapa langkah kunci:
Penguatan Infrastruktur Irigasi
Peningkatan saluran air dan sistem embung di lahan pertanian rawa dan tadah hujan.
Distribusi Pupuk dan Alsintan (Alat Mesin Pertanian)
Memastikan ketersediaan pupuk bersubsidi dan distribusi traktor serta combine harvester tepat waktu.
Pengendalian Hama Terintegrasi
Pengawasan hama tikus dan wereng melalui gerakan massal petani bersama penyuluh.
Ekspansi Lahan Produktif
Optimalisasi lahan tidur dan pengembangan sawah baru, khususnya di wilayah transmigrasi.
Sejumlah kelompok tani (Gapoktan) di OKI dan Banyuasin menyambut baik target ini, meski menyuarakan keluhan terkait cuaca ekstrem dan distribusi pupuk yang kadang tersendat.
“Kami siap mendukung. Tapi kami minta pemerintah pastikan pupuk datang tepat waktu dan tidak ada kelangkaan lagi,” kata Harun, Ketua Gapoktan di Air Sugihan.
Meski optimis, Pemprov Sumsel juga mengakui tantangan besar yang mengintai:
- El Nino berkepanjangan yang mengganggu masa tanam
- Alih fungsi lahan sawah menjadi kebun dan perumahan
- Masih terbatasnya akses petani ke teknologi pertanian modern
“Kita harus bekerja cerdas, bukan hanya keras. Digitalisasi pertanian akan jadi kunci,” tambah Edy.
Ngidang
•
17 April 2025
News Update
•
17 April 2025
News Update
•
17 April 2025
News Update
•
17 April 2025
BLAST!
•
17 April 2025
BLAST!
•
17 April 2025
Arena Politik
•
17 April 2025
Kanal Sehat
•
17 April 2025
Sport
•
17 April 2025
Arena Politik
•
17 April 2025
News Update
•
17 April 2025
BLAST!
•
17 April 2025
Business
•
17 April 2025
Parentalk
•
16 April 2025
Sport
•
16 April 2025
Sport
•
16 April 2025
News Update
•
17 April 2025
Sport
•
17 April 2025
BLAST!
•
17 April 2025
BLAST!
•
17 April 2025
Arena Politik
•
17 April 2025