20 Maret 2025 11:42
Serangkai.co.id - News Update - Pasar saham Indonesia mengalami gejolak besar hari ini, Rabu (19 Maret 2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun drastis hingga 5 persen, memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk melakukan trading halt atau penghentian sementara perdagangan.
Penurunan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor, baik lokal maupun asing. Apa penyebab utama di balik kejatuhan IHSG ini? Berikut 5 faktor utama yang menyebabkan IHSG anjlok dan dampaknya terhadap pasar!
1. HSG Turun 5 Persen, Trading Halt Diberlakukan
Penurunan drastis ini membuat BEI mengambil langkah trading halt sebagai upaya perlindungan bagi investor. Trading halt adalah penghentian sementara perdagangan saham yang biasanya dilakukan saat pasar mengalami volatilitas tinggi atau pergerakan harga yang ekstrem.
Keputusan ini diambil sesuai dengan aturan BEI yang menyatakan bahwa jika IHSG turun lebih dari 5 persen dalam satu sesi perdagangan, maka perdagangan akan dihentikan selama 30 menit untuk mencegah kepanikan berlebih.
2. Sentimen Global Memukul Pasar Saham
Beberapa faktor global yang turut berkontribusi terhadap anjloknya IHSG antara lain:
3. Saham-Saham Big Cap Ikut Tertekan
Saham-saham unggulan atau big cap (kapitalisasi pasar besar) turut mengalami koreksi tajam, di antaranya:
- BBRI - Bank Rakyat Indonesia turun 6%
- BBCA - Bank Central Asia melemah 5,5%
- TLKM - Telkom Indonesia anjlok 4,8%
- ASII - Astra International terkoreksi 4,2%
Penurunan pada saham-saham besar ini semakin memperburuk kondisi IHSG karena memiliki bobot yang signifikan dalam indeks.
4. Investor Asing Ramai-Ramai Lepas Saham
Data perdagangan menunjukkan adanya outflow besar-besaran dari investor asing. Mereka mencatatkan aksi net sell hingga Rp 2,5 triliun dalam satu hari. Fenomena ini menunjukkan bahwa investor asing mulai mencari aset yang lebih aman, seperti dolar AS dan emas, dibandingkan mempertahankan dana mereka di pasar saham Indonesia yang sedang bergejolak.
5. Bagaimana Strategi Investor di Tengah Kejatuhan IHSG?
Bagi investor ritel dan institusi, situasi ini tentu menimbulkan dilema. Apakah ini saatnya panic selling atau justru peluang untuk membeli saham dengan harga lebih murah
Meskipun kondisi pasar tampak suram, investor tetap bisa memanfaatkan situasi ini dengan strategi yang tepat. Alih-alih panik, disarankan untuk menganalisis kembali portofolio, menargetkan saham berfundamental kuat yang sedang diskon, serta melakukan diversifikasi ke instrumen lain seperti emas dan obligasi. Strategi buy on weakness secara bertahap juga bisa menjadi pilihan agar bisa mendapatkan harga terbaik saat pasar berangsur pulih.
Sejarah telah membuktikan bahwa kejatuhan pasar selalu diikuti oleh pemulihan. Investor yang sukses bukanlah mereka yang menghindari krisis, tetapi yang mampu melihat peluang di dalamnya. Dengan tetap tenang, mengikuti perkembangan berita, dan mengatur strategi dengan bijak, situasi ini bisa menjadi momen emas untuk berinvestasi di masa depan.
03 April 2025
02 April 2025
29 Maret 2025
28 Maret 2025
27 Maret 2025
28 Maret 2025