Update Status Burung Liar Indonesia 2025: Spesies Bertambah, Ancaman Tak Berkurang

25 April 2025 16:09

Serangkai.co.id – Blast

Burung Indonesia merilis laporan terkini mengenai status burung liar di Indonesia tahun 2025. Hasilnya mencatat 1.835 spesies burung, dengan rincian kondisi populasi, ancaman yang dihadapi, serta pentingnya keterlibatan komunitas dan akurasi data. Meski terdapat 18 spesies yang membaik, beberapa jenis justru naik ke kategori keterancaman lebih tinggi.

1. 1.835 Spesies Burung Tercatat, 85 Persen Merupakan Spesies Residen

Uploaded Image

Laporan mencatat sebanyak 1.835 spesies burung tersebar di tujuh wilayah avifauna di Indonesia sepanjang 2024. Ini berkurang satu jenis dari tahun sebelumnya karena penghapusan kapinis kecil (Apus affinis) dari daftar keterancaman. Dari jumlah itu, sekitar 85 persen atau 1.559 jenis merupakan burung residen (menetap), dan sisanya burung migran yang melewati Jalur Terbang Asia Timur–Australasia.

2. 18 Spesies Membaik, 12 Justru Makin Terancam

Uploaded Image

Sebanyak 30 spesies mengalami perubahan status konservasi, dengan 18 jenis mengalami perbaikan dan 12 spesies justru naik ke status lebih berisiko. Di antaranya, pecuk ular asia (Anhinga melanogaster) dan ibis cucuk-besi (Threskiornis melanocephalus) menunjukkan perbaikan populasi di alam (genuine change). Sementara itu, mentok rimba (Asarcornis scutulata) naik status menjadi Kritis akibat hilangnya habitat rawa dan perburuan liar. Delapan spesies burung pantai migran juga menghadapi risiko lebih tinggi karena kehilangan habitat di sepanjang jalur terbang internasional.

3. Ancaman Alih Fungsi Lahan & Polusi Cahaya

Uploaded Image

Alih fungsi lahan basah menjadi tambak, perumahan, dan industri menjadi sorotan utama. Kawasan seperti Wonorejo, Surabaya yang dulunya habitat burung migran kini berubah total. Tak hanya itu, pencemaran cahaya di kota-kota besar juga menjadi ancaman serius. Banyak burung migran yang terbang malam hari kehilangan arah karena cahaya buatan dari gedung tinggi, menyebabkan mereka menabrak bangunan dan tewas.

4. Krisis Data Migrasi dan Minimnya Partisipasi Wilayah Luar Jawa

Uploaded Image

Menurut peneliti dari BRIN, Mohammad Irham, ketiadaan data spesifik sering membuat spesies dianggap punah atau kritis secara keliru. Sensus migrasi burung dinilai sangat penting untuk memperbaiki penilaian konservasi. Ia juga menyoroti perlunya pelatihan pengamat burung di luar Pulau Jawa serta peningkatan kontribusi komunitas dalam membangun database nasional. Integrasi data lokal ke sistem global dan perluasan SRAK (Strategi dan Rencana Aksi Konservasi) juga jadi sorotan.

BACA JUGA
LAGI TRENDING
Kenali 5 Gejala Awal Stroke Sebelum Terlambat!

Kanal Sehat

25 April 2025

#4