PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) resmi mengumumkan pengangkatan komedian Lies Hartono, yang dikenal sebagai Cak Lontong, dan mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, sebagai anggota Dewan Komisaris perusahaan. Keputusan ini diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada Jumat, 25 April 2025.

1. Susunan Baru Dewan Komisaris dan Direksi Ancol

Gambar : RM ID

Dalam RUPST tersebut, selain Cak Lontong dan Sutiyoso, Irfan Setiaputra, mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia, ditunjuk sebagai Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen, menggantikan Sofyan Djalil yang mengundurkan diri. Henky Wijaya juga mengundurkan diri dari posisinya sebagai komisaris. ​

Berikut susunan lengkap Dewan Komisaris dan Direksi Ancol yang baru:​

Dewan Komisaris:

• Komisaris Utama dan Komisaris Independen: Irfan Setiaputra​C

• Komisaris: Lies Hartono (Cak Lontong)

• Komisaris: Sutiyoso​

Direksi:

• Direktur Utama: Winarto​

• Direktur: Cahyo Satriyo Prakoso​

• Direktur: Daniel Nainggolan​

• Direktur: Eddy Prastiyo​

Corporate Communication Ancol, Daniel Windriatmoko, menyatakan bahwa pergantian anggota Dewan Komisaris ini bertujuan untuk memperkuat pengawasan dan strategi bisnis perusahaan ke depan.

2. Profil Cak Lontong dan Sutiyoso

Gambar : Youtube Bisniscom

Cak Lontong, yang memiliki nama asli Lies Hartono, dikenal sebagai komedian dan presenter ternama di Indonesia. Ia memiliki latar belakang pendidikan teknik dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan dikenal dengan gaya humornya yang mengandalkan logika dan silogisme. ​

Sutiyoso adalah mantan Gubernur DKI Jakarta yang menjabat dari tahun 1997 hingga 2007. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) dan memiliki pengalaman panjang di dunia militer dan pemerintahan.

3. Target Baru Ancol: Digitalisasi dan Ekspansi Wisata

Gambar : Popers Id

Dengan formasi komisaris baru, Ancol menargetkan transformasi besar melalui digitalisasi layanan dan ekspansi kawasan wisata. Manajemen berharap Ancol bisa lebih adaptif terhadap tren wisata modern, termasuk pengembangan wahana berbasis teknologi dan perluasan akses digital bagi pengunjung.